Selasa, 14 September 2010

Tersesat ( bgian 2 )

Sudah jam 17.00 wib.

Kini jalanan beraspal yg kulalui sudah tak nampak lagi.
Hanya jalan tanah yg jd berlumpur tersiram hujan lebat inilah yg harus dilalui. Entah sudah berapa kali ban mtorku tergelincir. Alhamdulillah aku baik2 saja. Tdk terjatuh.

Badanku mulai lelah. Ransel yg kusembunyikan dalam jaket terasa jadi berat. Aku memutuskan untuk berhenti disebuah mesjid kecil ditengah sebuah desa yg ada disitu. Aku memaskirkan mtor dan segera berdiri diemperan mesjid. Tak satu orgpun ada dsn. Walau dibeberapa warung yg berdiri tak jauh dr mesjid kecil berdinding kayu itu kulihat bnya pmuda dan bpak2 main domino. Beberapa org jg ada yg klihatnnya sperti pengendara mtor yg sedang berteduh sepertiku.

Hujan turun bgt deras. Tanpa petir maupun kilat. Seperti air yg khusus ditumpahkan disini. Kulihat hpku. Jam menunjukan pukul 18.11 wib. Sudah mau maghrib. Apakah bs aku sampai krumah paman dg keadaan hujan seperti ini? Batinku.
"mendingan sholat dulu deh"pikirku
aku menuju kamar mandi mesjid yg sederhana itu. Didalamnya bersih. Sumur batu dengan timba pke kerekan "katrol" dg tali dari ban hitam yg cukup tebal. Aq melepas jaket yg bsah, bju dan smuanya. Untung aku bw pakaian ganti. Krn memang ingin menginap dirumah paman husni itu.

Stelah selesai, azan berkumandang. Aku masuk kemesjid. Ada bnyak anak kecil dimesjid itu. Mereka semua menatapku dg pandangan yg ramah dan meneduhkan. Mrk jg tersenyum. Aku balas spenuh hati.
Namun ada yg lain yg kurasakan. Knp aku tak menemukan org dewasa dimesjid ini? Kemana mrk smua?
Bukankan desa ini cukup ramai. Kmn org2 yg bnyk tadi yg ada diwarung2 kecil itu?

"sudahlah,ihsan. Sholat saja dahulu" titahku dalam hati

salah seorg anak yg memakai koko putih memintaku menjadi imam. Aku mengangguk saja,tampa bnyk tanya. Sempat kulihat dibarisan makmum perempuan bnyak anak2 perempuan memakai mukena putih yg bercahaya. Sama seperti pakaian smua anak lelakinya. Berasa diantara mereka aku seakan berada diantara malaikat kecil. Tdk ada terdengar canda knakalan khas anak-anak yg suka jowal jawil dan rebut2an peci. Atau iseng ngiket mukena atau sarung teman2 yg lg sholat seperti wkt ku kecil dulu.
Mereka smua memiliki aura kharismatik. Aku senang tp gamang. Seperti sedang brd didunia lain.
Stelah salah seorg anak yg berhdung mancung dan bermata sayu mengumandangkan iqomah dg suara yg menggetarkan hati, aku segera mengimami sholat maghrib itu. Tidak ada teriakan amin yg panjang sperti yg kudengar maghrib smalam dimushollah dkat rumah.

Slesai sholat, kulihat anak2 jama'ah laki dan perempuan masing2 membentuk lingkaran. Mereka segera mengaji. Subhanallah suara mereka indah. Sperti suara syeikh alghodimi.
Aku mendekati salah seorg anak dan menanyakan nama ds ini.
" ini desa pakih nigara bg"
"ow, "aq mengangguk
"dek, blehkah abg tau. Knp dsn tak ada jama'ah org tuanya?"
anak yg mengaku bernama alfarisi itu menunduk sbentar,lalu dia menatapku dan berkata" entahlah bg. Desa km adlh ds yg makmur. Pertanian maju. Pnen tak pernah gagal. Namun org tua km lbih senang dirumah atw main domino. Kadang main gaplek menghisap ganja yg bnyk ditanam didesa ini"

aku prihatin mendengarnya. Tp aku pnasaran. Bgaimana bs org tua sperti mrk punya anak sesoleh ini. Tp aq hnya diam saja.

"faridz. . Buya sakitnya makin parah" seorg anak mendekati alfaritsi "oh ya? Ayo kt ksn" faris branjak kluar mesjid. " mau ikut bg?" tawarnya sebelum memakai sendah putih yg kulihat sperti memancrkan cahaya.
Aku mengangguk. Lalu mengikuti faris dan tman2 ksebuah rumah tak jauh dr mesjid tadi.

Seorg kakek tua berwajah kharismatik dan mata sayu dan meneduhkan menarik nafas satu satu. Bibirnya melafaskan syahadat. Faris duduk dsisinya. Dan terus membimbing syahadah. Hatiku lg2 bicara. " apa yg terjd dg org2 dwasa didesa ini? Knp tdk ada yg peduli pada kakek ini. Hampir smua makmum dimesjid td hadir dsn. Termasuk ibu tua yg sempat kulihat dijama'ah perempuan td. Agaknya dia istri kakek ini. Krn smua yg hadir menyalami dan menghiburnya. Ia memegang tngan sang kakek. Aq bingung mau melakukan apa. Kulihat jam telah pukul 20.00 wib. Aq hrus melanjutkan perjalanan. Kucba pamit pd sang kakek yg mulai bs bernafas dg baik.
"siapa ini faris?" tnya sang kakek. Faris menjelaskan klo aq musafir yg berhenti utk sholat maghrib.
Sang kakek tersenyum.
"alhamdulillah, akhirnya ada jg yg bs menggantikan saya nak"katanya
"biasanya,klo bkn saya, faris yg jd imam.trima ksh nak"
ucapnya. Aku mengangguk.
"nak, jagalah sholat dan mesjidmu. Klo tdk,maka gnerasi kt akan tergantikan" pesan trakhirnya sbelum aq meninggalkan org2 dan rumah bercahaya itu. Aku tak mengerti ap mksudnya. Tp aku ykin suatu y berharga.

Berat rasanya ingin meninggalkn tempat itu. Faris dan syeikh usman,nama kakek itu bgt dkat terasa dihatiku. Pdhal bru berapa jam aku brada dsn.

Slama diperjalanan pikiranku mencerna kt2 syeikh usman. "jangan sampai gnerasi kt tergantikan" hingga aku sampai dirumah paman. Stelah makan aku bertanya tentang syeikh usman dr desa
pakih nigara pd . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar